Di disini Allah mengingatkan kepada orang-orang yang telah beriman, beriman kepada Allah. Yaitu orang orang yang tunduk dan taat kepada Allah Allah, tunduk dan taat kepada Aturan Allah, tunduk dan taat kepada kehendak dan keinginan Allah yaitu orang-orang yang mau mengikut kehendak Allah. Di ayat ini Allah mau agar orang-orang beriman memenuhi uqud nya atau janji nya. Janji yang telah di ucapkannya di hadapan Allah. Sebenarnya perjanjian itu bukan hanya telah diucapkan oleh orang yang beriman saja, tapi perjanjian itu telah diucapkan oleh setiap manusia yang akan lahir ke muka bumi. Yaitu perjanjian antara Manusia dengan Allah sebagai mana perjanjian itu Allah kisahnya di surat Al-A’raaf ayat 172.
Dan ingatlah ketika telah mengambil rab kamu dari bani adam dari sulbi mereka keturunan mereka dan telah menyaksikan(mengambil persaksian) mereka atas diri mereka “bukankah aku ini rab kamu”, mereka berkata bahkan kami menyaksikan....
Kita pernah dengar dalam sejarah tentang perjanjian-perjanjian yang pernah terjadi antara indonesia dengan bangsa belanda pada jaman dahulu, ada perjanjian KMB, perjanjian linggar jati, dan banyak lagi perjanjian yang lainnya. Walaupun ida lupa tentang poin-poin yang ada dalam perjanjian itu tapi ida pasti tau dalam perjanjian itu ada poin-poin yang disepakati dan kemudian poin-poin itu harus dijalankan setelah masa perjanjian itu sampai pada masanya perjanjian itu dihapus, betul gak.
Ya tentunya perjanjian kita dengan Allah pun tidak hanya sebatas pada ucapan semata, tapi disertai dengan poin-poin yang merupakan isi dari perjanjian itu. (jangan sepenuhnya perjanjian kita dengan Allah disamakan dengan perjanjian yang terjadi diantara sesama manusia, karena posisinya berbeda). Al-Qur’an. Sebelumnya saya pernah mengatakan bahwa Al-qur’an ini sebagai pandangan yang Allah datangkan kepada kita dari Allah. Pahami bahwa Al-qur’an ini juga merupakan uraian yang Allah jelaskan sebagai poin-poin dari perjanjian kita. Al-qur’an ini yang akan menjabarkan kepada kita bagaimana kita menjadikan Allah sebagai Rab, sebagaimana dijelaskan dalam perjanjinjian di atas.
Ada titik temunya? Bagaimana kita bisa memegang dan memenuhi perjanjian seperti disebutkan di surat al-maidah ayat pertama kalau kita sendiri tidak memahami atau bahkan tidak memenuhi rincian dari perjajian tersebut. Bagaimana kita mungkin kita bisa mengatakan kita telah memegang perjanjian kalau kita malah tidak tau poin-poin apa yang Allah tuliskan dalam Al-qur’an.
Yang harus kita ingat, kita tau ataupun kita tidak tau dengan isi perjanjian itu, Allah akan tetap meminta kepada kita pertanggung jawaban kita dengan perjanjian itu. Lalu bagaimana kita mempertanggung jawabkannya dihadapan Allah nanti.
Ada lagi titik temunya? Adalah penting bagi kita untuk mengetahui isi perjanjian kita dengan Allah. Supaya kita bisa memegang perjanjian itu, supaya kita tau dengan apa yang akan kita kerjakan, supaya kita tidak menyalahi isi perjanjian tersebut, karena resikonya terlalu besar. Neraka, yang kita tidak mau dimasukan kedalamnya. Sebalik nya kita ingin dimasukan kedalam Surga, yang tentunya untuk itu kita harus dulu memunuhi persyaratannya, karena Surga itupun melupakan poin kesepakatan antara manusia dengan Allah. Kita tidak perlu ragu dengan Allah. Allah Akan memenuhi janji kepada kita. Termasuk surga yang dijanjikan kepada kita, tapi kitanyalah dulu yang harus memenuhi janji kita dulu kepada Allah, jangan sampai Allah menggugat kita karena tidak bisa memegang perjanjian.